Jateng

Teror Hama Tikus, Ribuan Petani di Sukoharjo Gelar Gropyokan 

inilahjateng.com (Solo) – Ribuan petani di Kecamatan Mojolaban dan Polokarto gotong royong melakukan gropyokan tikus, Senin (23/12/2024).

Ketua Forum Komunikasi Petani Mojolaban Polokarto, Sarjanto, mengatakan, ada sekitar 1.500 hektare sawah di sembilan desa, yaitu Desa Pranan, Karangwuni, Bugel, Ngombakan, Cangkol, Bekonang, Wirun, Tegalmade, dan Lapan, diserang hama tikus.

Aksi ini dilakukan secara gotong royong dengan dukungan dari Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Sukoharjo, pemerintah kecamatan, pemerintah desa, serta relawan, TNI-Polri dan masyarakat setempat.

“Kita tidak bisa bergerak sendiri-sendiri. Pengendalian hama tikus ini harus dilakukan serentak di sembilan desa karena wilayah tersebut merupakan satu hamparan. Kalau hanya sebagian yang melakukan, hasilnya tidak akan optimal,” kata Sarjanto.

Baca Juga  Ribuan Personil Amankan Aksi Unjuk Rasa Pengemudi Truk

Operasi tangkap tikus dilakukan dengan berbagai metode, termasuk menggunakan sistem obos—yakni menyemprotkan belerang yang dibakar ke sarang tikus.

Selain itu, dilakukan penyemprotan air ke sarang-sarang tikus, serta cara manual dengan memukul tikus menggunakan tongkat kayu.

“Langkah ini diambil karena populasi tikus di wilayah tersebut dinilai sudah sangat mengkhawatirkan,” ujarnya.

Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Sukoharjo, Bagas Windaryatno, menyampaikan bahwa tindakan pengendalian hama tikus harus segera dilakukan sebelum masa tanam dimulai.

“Populasi tikus di hamparan sembilan desa ini luar biasa. Sebelum masa tanam dimulai, harus ada tindakan pengendalian agar tanaman padi aman saat sudah ditanam,” ucap Bagas.

Operasi tangkap tikus ini merupakan bagian dari upaya memutus rantai perkembangbiakan hama tikus yang selama ini merugikan petani.

Baca Juga  DPRD Kota Semarang Dukung Mekanisme "Split Bill"

Gerakan ini juga akan dilanjutkan dengan gropyokan tikus serentak pekan depan, dengan harapan lahan pertanian di Mojolaban dan Polokarto dapat kembali produktif tanpa ancaman hama.

Gerakan kolaboratif ini menjadi bukti nyata bahwa sinergi antara petani, pemerintah, dan masyarakat mampu menghadapi tantangan pertanian demi keberlanjutan produksi pangan di Sukoharjo. (DSV)

Back to top button