inilahjateng.com (Demak) – Ratusan warga Desa Surodadi, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, menggelar tradisi apitan.
Tradisi Apitan Desa Surodadi, digelar dengan ritual sedekah bumi yang menjadi tradisi tahunan di Kabupaten Demak.
Dalam Tradisi Apitan Desa Surodadi berlangsung pada bulan Apit atau bulan Zulkaidah yang berada antara Idul Fitri dan Idul Adha.
Tradisi Apitan dimulai dengan kegiatan mengarak hasil bumi atau hasil panen usaha masyarakat. Seperti ikan laut yang notabene mata pencaharian warga desa.
Kemudian berlanjut dengan doa bersama dan berakhir dengan pagelaran wayang kulit. Masyarakat percaya tradisi ini bisa menjadi ritual penolak bala.
Kepala desa Surodadi, Supriyanto, mengatakan, tradisi Apitan bertujuan untuk meminta keberkahan dan kemakmuran hidup, kelancaran dan kelimpahan hasil panen. Serta kerukunan antar masyarakat.
“Tradisi Apitan juga merupakan wujud syukur kami atas rezeki dari Tuhan. Turut mendoakan arwah leluhur, sedekah bumi, dan upaya menolak bala,” tutur Supriyanto.
Selain itu, menghadapi pemilihan kepala daerah, baik Bupati maupun Gubernur Jawa Tengah, diharap, dengan tradisi ini dapat mempererat persatuan antar warga.
“Sebentar lagi kita akan menghadapi kembali pesta demokrasi. Jangan sampai terpecah belah. Karena persatuan itu sangat penting dan utama,” lanjut Supriyanto.
Lebih lanjut, Kepala Desa Surodadi, menambahkan, selain dari pemerintah desa, dana tradisi ini juga didapat dari iuran warga.
“Kami pemerintah desa berharap, dengan ikut sertanya masyarakat, ada rasa memiliki. Kalau tidak ada rasa memiliki dan niat melestarikan tradisi, saya khawatir, saat bergantinya pemerintahan, desa, tradisi ini akan hilang,” pungkas Supriyanto.
Sementara itu, salah satu warga Surodadi, Sujinah, mengaku sangat senang tradisi Apitan ini.
“Sudah dua kali ini tradisi apitan. Ini dapat sayuran buat dimasak. Harapannya, mendapat keberkahan, sehat terus, dan panjang umur,” ujar Sujinah.
Tradisi Apitan Desa Surodadi berlangsung sangat meriah. Warga berebut gunungan dari hasil bumi dan kekayaan laut. Banyak warga yang menanti untuk mengambilnya usai doa bersama dan istiqhosah. (Hrw)
