Jateng

Umbul Donga, Doa Bersama Gus Mus untuk Budayawan Jawa Tengah

inilahjateng.com (Semarang) – Suasana khidmat menyelimuti Gedung Serba Guna Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) Semarang pada Selasa (4/2/2025) malam.

Para seniman, budayawan, dan masyarakat berkumpul dalam acara “Umbul Donga Bersama Gus Mus untuk Arwah Mendiang Budayawan Jawa Tengah”, sebuah perhelatan seni dan budaya yang didedikasikan untuk mengenang mereka yang telah berpulang.

“Kita banyak berutang rasa kepada almarhum,” ujar KH A Mustofa Bisri atau Gus Mus dalam doanya.

Gus Mus mengajak seluruh hadirin untuk bersama-sama memanjatkan doa bagi para budayawan yang telah berjasa.

Nama-nama besar seperti Eko Budihardjo, Darmanto Jatman, Agus Maladi Irianto, Prie Gs, Agoes Dhewa, Handry TM, Soekamto Gullit, Djawahir Muhammad, Murtidjono, dan Slamet Gundono turut disebut dalam doa tersebut.

Baca Juga  Luncurkan Dua Unit Mobil Jenazah, Ini Harapan Wagub Jateng

Acara ini telah lama direncanakan dan akhirnya terwujud berkat upaya berbagai pihak.

“Gus Mus sudah mengutarakan niat ini sekitar tiga lebaran lalu. Kini, kita bisa merealisasikan acara ini dengan tetap menjaga kesakralan namun juga menarik bagi masyarakat,” ungkap Masruhan Samsurie, penanggung jawab acara.

Apresiasi Seni untuk Para Mendiang

Selain doa bersama, Umbul Donga juga menjadi ajang apresiasi seni.

Tsaqiva Kinasih Gusti membuka acara dengan lagu-lagu syahdu, sebelum dilanjutkan pembacaan puisi dari berbagai seniman ternama.

Rektor Undip Suharnomo membacakan puisi Prof. Eko Budihardjo, Ilham Anwar membawakan karya Agoes Dhewa, dan Adhitia Armitrianto melantunkan puisi Sukamto Gullit.

Tak hanya puisi, apresiasi juga hadir dalam bentuk teatrikal. Ekoteater Hae mementaskan fragmen Opera Bulan Sepotong karya Agus Maladi Irianto, sedangkan Teater Lingkar membawakan musikalisasi puisi karya Prie GS.

Baca Juga  Jaringan Santri dan Kebangkitan Politik Islam Di Indonesia

Bagi Gus Mus, acara ini adalah bukti bahwa persahabatan di kalangan budayawan dan seniman tidak hanya berlangsung semasa hidup, tetapi tetap terjaga meski mereka telah tiada.

Sebagai penghormatan, tanda tresna diberikan kepada perwakilan keluarga budayawan yang telah berpulang.

Acara kemudian ditutup pada pukul 22.35, meninggalkan kesan mendalam bagi para hadirin.

“Semoga ini membawa manfaat dan menjadi pengingat bagi kita semua untuk terus menghargai jasa para budayawan dalam perjalanan seni dan budaya Indonesia,” tutup Gus Mus. (RED)

Back to top button