
inilahjateng.com (Semarang) – Seorang siswa SMAN 3 Bengkulu, Julian Hawel mendapat kesempatan melukis mural dengan bidang berukuran 6 x 6 meter di kantor Marimas di Kawasan Industri Candi (KIC) Kota Semarang.
Julian yang diundang langsung oleh CEO PT Marimas Putra Kencana, Harjanto Halim untuk melukis mural dalam rangka HUT Marimas ke-30 ini bukan tanpa sebab.
Nama Julian menjadi perhatian Harjanto Halim setelah kasus viral yang dialami Julian saat melukis di Bengkulu.
Kala itu, dalam sebuah acara yang menghadirkan konten kreator Willie Salim, Julian yang punya bakat melukis ini sengaja melukis sang konten kreator.
Namun kemudian, hasil karya Julian dibawa seorang anak untuk ditunjukan langsung ke Willie Salim ke depan panggung acara.
Rupanya Willie langsung memberikan hadiah kepada anak yang membawa lukisan milik Julian dengan sebuah IPhone.
Padahal lukisan tersebut karya Julian.
“Jadi ceritanya aku sudah dua kali pindah tempat. Di tempat pertama belum berhasil dinotice. Kemudian cari tempat kedua ada adek itu. Dia ngegbantu teriak, dia baik, akhirnya dia inisiatif, ‘bang aku anterin aja’. Aku terima posisi dia udah niat mau ngebantu,” kata Julian disela-sela melukis mural di kantor Marimas Semarang, Minggu (20/4/2025).
Singkat cerita, lanjut Julian, lukisannya itu mendapat perhatian Willie namun bocah yang menawarkan bantuan itu tidak menjelaskan karya siapa itu.
Sedangkan dirinya tertinggal karena tidak bisa menerobos kerumunan.
Bahkan si bocah mendapat hadiah iPhone 16 yang kemudian menjadi polemik dan dibahas luas oleh netizen hingga ilustrator.
“Aku tidak masalah sama hadiahnya, tapi kenapa lukisanku dipanggung tapi tidak sama aku, aku kecewa itu,” tuturnya.
Julian sempat “curhat” di media sosial sementara ibu dari bocah yang niat membantu itu membanggakan anaknya yang mendapat iPhone dari Willie.
Saat itu, peristiwa gempar dan Julian sendiri memangku tidak ada masalah dengan anak yang membantunya tersebut.
“Sama adek R sudah dimediasi juga. Kami jelaskan tidak ada konflik. Yang kami ceritakan itu sebatas kronologi bukan perbesar masalah,” jelasnya.
Meski demikian rupanya Willie datang lagi ke Bengkulu dan memberikan apresiasi langsung kepada Julian setelah mengetahui kebenaran soal lukisan itu.
“Beberapa hari kemudian. Dia (Willie) nge-DM aku, kenalan dan minta nomor handphone. Tidak lama kemudian video call. Saya disuruh ke sana tapi belum memungkinkan, ternyata kak Willie langsung datang,” kata Julian.
“Saya Menggemari kak Willie itu selain senang lihat konten berbagi, senang lihat dia mengapresiasi karya seni,” lanjutnya.
Sementara itu Willie sendiri lewat media sosialnya sudah melakukan klarifikasi dan bertemu dengan Julian dan anak tersebut secara langsung di Bengkulu.
Dia juga memberikan iPhone ke Julian dan juga menambahkan Rp 10 juta biaya pendidikan untuk anak yang membantu Julian itu karena merupakan anak yatim.
“Waktu itu aku kasih iPhone ke adik kecil ini karena dia yang maju bawa lukisan. Aku pikir dia yang bikin, dan aku terharu. Tapi ternyata, pelukis aslinya adalah orang lain. Adiknya cuma bantu karena badannya kecil, lebih gampang nyelip di tengah keramaian. Begitu tahu, aku langsung terbang ke kotanya lagi, bawain iPhone 16 buat si pelukis. Aku juga kasih beasiswa pendidikan buat adiknya yang ternyata udah nggak punya sosok ayah. Namanya juga anak-anak, polos dan niatnya baik. Kita yang lebih dewasa harusnya bimbing, bukan ngehakimin apalagi ngebully,” tulis Willie.
Dengan kasus tersebut, Julian mengaku banyak belajar dan mengerti akan pentingnya tanda tangan atau watermark pada karya-karya yang ia buat. Dia juga belajar agar tidak buru-buru percaya dengan orang lain.
“Jadi banyak belajar, ternyata penting banget watermark atau tanda tangan. Karena merpertegas hak cipta punya aku. Juga segala yang punyaku jangan mudah dipercayakan ke orang lain. Ada banyak hikmah, dari sabar dan ikhlas juga membuahkan hasil,” paparnya.
Julian ternyata juga mendapat hikmah lain setelah viral soal lukisan Willie.
Dia dihubungi langsung Bos Marimas untuk melukis mural di kantornya.
Harjanto juga punya alasan kuat mengundang Julian karena idolanya yaitu Willie Salim merupakan Chief Happiness Officer (CHO) Marimas.
“Marimas kan menunjuk Willie sebagai CHO. Kemudian kejadian yang Bengkulu, kita harus respon, apa yang terjadi dengan Willie, Marimas terbawa. Julian kan pintar gambar ya suruh gambar mural aja di sini. Waktu itu kan blm ada kelanjutan kasusnya, tapi ya saya perlu berikan motifasi ke Julian,” ucap Harjanto.
“Selalu ada berkah di balik musibah. Kita ingin muncul sebagai berkahnya,” terangnya.
Julian melukis mural dibantu sejumlah orang termasuk guru seninya. Mural tersebut menggambarkan Harjanto Halim, Willie Salim, dan dirinya yang membuat minuman besar dengan Marimas.
Hokgstudio juga membantu mengarahkan terkait desain dari Julian untuk dituangkan di tembok hingga koordinasi terkait pewarnaan bersama beberapa orang termasuk para pelajar yang berpartisipasi.
Julian juga mendapat apresiasi uang tunai Rp 30 juta dari Marimas dan akan ditunjuk menjadi juri dalam lomba mural yang akan digelar Marimas di Bengkulu. (LDY)