USM Kembangkan Model Bisnis Konservasi Berbasis HHBK

inilahjateng.com (Semarang) – Universitas Semarang (USM) melalui Pusat Riset Green dan Blue Economy mempresentasikan model bisnis konservasi berkelanjutan berbasis hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang dikembangkan di kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) KGPAA Mangkunegoro I, Karanganyar.
Presentasi ini disampaikan oleh Dr. Adijati Utaminingsih, S.E., M.M., dan Dr. Rohmini Indah Lestari di ruang sidang Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Jawa Tengah, Kamis (26/4/2025).
Model ini mengintegrasikan aspek ekonomi, sosial, dan ekologi, dengan tujuan menciptakan pengelolaan kawasan hutan yang berkelanjutan dan berpihak pada kesejahteraan masyarakat sekitar.
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif, melalui wawancara, observasi, dan analisis dokumen kebijakan.
“Keberhasilan pengelolaan HHBK sangat ditentukan oleh sinergi antar pemangku kepentingan, seperti UPTD Tahura, LMDH, Bumdes, dan Kelompok Tani Hutan,” jelas Dr. Adijati.
Ia menambahkan bahwa model bisnis ini juga mendorong harmonisasi regulasi, penerapan kearifan lokal, serta kolaborasi lintas sektor.
Diversifikasi produk HHBK, pemasaran digital, dan sertifikasi berbasis komunitas menjadi kunci optimalisasi manfaat ekonomi bagi masyarakat desa hutan.
Dalam kesempatan yang sama, Agnesia Putri Kurnianingtyas, S.T., M.T., M.Sc., dari Pusat Riset Pariwisata dan Lingkungan USM memaparkan potensi besar pengembangan ekowisata di Desa Berjo dan sekitar kawasan Tahura.
“Daya tarik wisata alam di sekitar Tahura sangat kuat, terutama karena sumber air alami, pemandangan, dan infrastruktur yang sudah tersedia. Penambahan fasilitas seperti lintasan trail layak dipertimbangkan, asalkan tidak mengubah fungsi konservasi hutan,” ujarnya.
Agnesia juga menilai potensi Tahura bahkan lebih kuat dibanding destinasi seperti Air Terjun Jumog, berdasarkan kriteria pengembangan wisata berkelanjutan.
Acara tersebut turut menampilkan hasil program pengabdian kepada masyarakat (PkM), seperti pelatihan fotografi konten media sosial oleh Dr. Any Setyorini, pelatihan manajemen rumah penginapan oleh Herman Novry Kristiansen Paninggiran, serta pendampingan teknis pemasangan bronjong di Dusun Sukuh.
DLHK Jawa Tengah, melalui Sekretaris DLHK Dwi Haryanto, mengapresiasi kontribusi USM dalam pengembangan kawasan konservasi dan wisata alam.
Ia menegaskan hasil riset dan PkM ini akan menjadi dasar dalam perumusan kebijakan ke depan.
“Kerja sama ini akan terus berlanjut. USM telah menandatangani MoU dengan Pemprov Jawa Tengah, dan LPPM sudah menjalin perjanjian kerja sama (PKS) dengan DLHK,” ungkapnya.
Langkah ini menjadi bagian dari upaya bersama menjadikan konservasi sebagai basis ekonomi berkelanjutan, sekaligus memperkuat posisi Tahura Mangkunegoro sebagai kawasan pelestarian berbasis masyarakat dan inovasi. (RED)