Jateng

Wali Kota Semarang Minta Dinas Rawat Rumah Apung

inilahjateng.com (Semarang) – Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang menerima rumah apung dari Kementerian PUPR yang telah selesi dibangun sejak tahun 2016.

Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu menerima langsung rumah apung yang diserahkan langsung oleh Kepala Balai Geotehnik Terowongan dan Struktur Kementerian PUPR, Panji Krisna Wardana di Rumah Apung Tambak Lorok, Selasa (28/5/2024).

Setelah diserahkan, maka rumah apung akan menjadi tanggung jawab Pemkot Semarang dalam segi perawatan.

Rumah apung ini akan berada dibawah pengelolaan Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Disperkim) Kota Semarang.

Ita, sapaannya, meminta kepada dinas terkait untuk benar-benar merawat rumah apung. Pasalnya, dibanding proses pembangunan, proses perawatan atau Maintanance ini lebih sulit.

Baca Juga  Truk Kontainer Tabrak Rumah Warga di Jepara,Tak Ada Korban Jiwa

“Setelah diserahkan harus dipercantik karena masih kosong hanya ada perpustakaan di atas. Soal perawatan juga tidak boleh saling lempar. Tempat ini bagus dan unik. Bahkan sejak 2016 tidak ada perbaikan besar hanya pengencangan saja agar tidak terombang-ambing,” ungkap Ita.

Ita meminta, nantinya di dalam rumah apung ini tidak hanya ada perpustakaan dilantai dua, tapi juga harus dilengkapi akses internet atau WiFi.

“Jaman sekarang era digitalisasi jadi saya minta ada WiFi. Kalau tidak gitu nanti yang datang hanya anak-anak yang cuma mau baca buku tapi yang lainnya tidak bisa memanfaatkan,” tuturnya.

Apalagi, Dinas Arpus juga memiliki ebook yakni siboki yang didalamnya ada lebih dari 3.000 judul buku yang bisa dibaca melalui gadget.

Baca Juga  Ratusan Bangku SMP di Jepara Masih Kosong

Tempat ini, lanjutnya, bisa dimanfaatkan untuk arisan, pengajian, sarasehan atau sosialisasi yang diadakan oleh Pemkot atau kementerian.

“Saya minta Perkim untuk melakukan penghijauan misalnya dikasih tanaman lalu ditambah mebel sesuai rumah apung,” ujarnya.

Ita meminta agar dinas terkait bisa berkolaborasi dengan Kelurahan dan masyarakat setempat untuk merawat rumah apung.

“Hal ini biasanya menjadi PR berat bisa menerima tapi tidak bisa merawat. Dinas harus berkolaborasi dengan dinas lain jadi jangan saling iri bisa dengan kelurahan dan masyarakat sekitar,” pungkasnya. (LDY)

Back to top button