Kanal (jangan dipilih)

Urban Farming Jadi Sebuah Solusi dalam Ketahanan Pangan Suatu Daerah

inilahjateng.com (Semarang) – Program Urban Farming menjadi salah satu upaya suatu daerah dalam mewujudkan ketahanan pangan, termasuk Kota Semarang.

Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu tidak berhenti menggencarkan pemanfaatan lahan kosong agar digunakan untuk urban farming.

Dorongan dari Wali Kota Semarang yang akrab disapa Ita tersebut dilakukan agar masyarakat tidak berhenti untuk menanam.

Pasalnya, di tengah ancaman krisis pangan, El Nino dan kenaikan harga, menanam bisa jadi solusi paling jitu untuk mengatasi berbagai permasalahan tadi.

Kepala Dinas Pertanian Kota Semarang Hernowo Budi Luhur memaparkan jika Pemerintah Kota terus mengupayakan berbagai cara agar masyarakat konsisten menanam.

“Kami punya perwal tentang pembudayaan tentang Urban Farming, yakni Perwal Nomor 24 Tahun 2021 Tentang Urban Farming. Artinya ada upaya imbauan, imbauan dari pemkot untuk pemanfaatan lahan yang dimiliki baik itu lahan yang ada di pekarangan maupun lahan-lahan yang ada di publik yang terlantar,” kata Hernowo, Jumat (10/11/2023).

Dorongan yang diberikan pun dari berbagai sisi mulai dari pembinaan dan memfasilitasi pemberian bibit.

“Kita kan punya bantuan bibit misalnya. Mereka butuh ya kami beri bantuan bibit. Mereka butuh pendampingan kami berikan PPL. Mereka pengin belajar bareng kami punya urban farming corner di depan SMA 1 yang rutin ada pelatihan,” jelasnya.

Lebih dari itu, Hernowo menyebut upaya pemkot agar masyarakat terus konsisten adalah dengan menggelorakan berbagai gerakan menanam.

Sejauh ini, di bawah kepemimpinan Mbak Ita sudah ada berbagai macam gerakan seperti Gerakan Ayo Nandur, Tanam Bank Tani, Mbak Ita Mesem, Urban Farming Champion dan Perdu Semerbak.

“Ini kan sebetulnya semua aktivitas kaami gunakan supaya mereka membiasakan nandur saja. Kalau dipaksa dengan gerakan-gerakan seperti ini kan mereka termotivasi akhirnya. Padahal gerakannya cuma pengin nandur. Dari nandur sukun, kemudian nandur cabe, tomat, terong,” tuturnya.

Khusus untuk Gerakan Perkampungan Pertanian Terpadu Semarang Seribu Polybag, Ayam dan Kelinci (Perdu Semerbak) adalah yang paling terakhir sedang digalakan.

Dalam gerakan ini, Pemkot mengajak masyarakat untuk melakukan urban farming sekaligus berternak ayam dan kelinci.

“Kalau sudah ke sini kan, mereka jadi tergerak dan merasa butuh ruang lebih untuk ayam saya misalnya. Ini kan jadi bagian-bagian yang kami dorong terus supaya pembudayaan ini nggak putus,” paparnya.

Kemudian Hernowo menambahkan gerakan ini cukup penting agar masyarakat semakin termotivasi.

Tidak hanya itu saja, banyak masyarakat yang juga antusias karena dengan berbagai gerakan tadi, mereka merasa mendapatkan ilmu baru.

“Kalau kita berpikir yang penting sekali ada gerakan, kita berhenti ya masyarakat ikut berhenti. Tapi kalau kami motivasi, kita coba latihan menanam melon mereka pasti tertarik. Sebelum ini kan ada pelatihannya dulu, sosialisasinya dulu. Mereka pun senang karena mendapat pengetahuan baru. Yang tadinya nggak tahu jadi tahu,” jelasnya.

Hernowo juga tidak lupa menyebut keterlibatan Mbak Ita dalam penggalakan gerakan menanam tersebut.

Kata Hernowo, Mbak Ita mendukung penuh upaya urban farming ini bahkan jika ada yang panen, dia akan datang.

“Kalau Bu Wali kebetulan passionya ke sana. Sehingga otomatis masyarakat lebih semangat. Apalagi kalau bilang, Bu Wali saya mau panen, itu pasti Bu Wali di manapun akan didatangi. Ini jadi modal positif bagi Kota Semarang karena Bu Wali begitu perhatian betul dengan persoalan pertanian. Karena secara nasional krisis itu ada tiga, air, kemudian bahan bakar dan pangan. Ini yang harus kami dorong dan Bu Wali punya konsen besar,” katanya.

Sejauh ini, Ita memang selalu terlibat dalam panen dari urban farming yang dikelola masyarakat mulai dari panen bawang merah di MAJT, panen melon di Agro Purwosari, panen sayur di Mijen dan panen kelengkeng di Ngaliyan.

Selain itu salah satu dorongan Mbak Ita terhadap urban farming adalah menggalakan makanan pendamping beras.

Kata Hernowo, pasca perang Ukraina, banyak negara yang menghentikan impor beras. Sebagai solusi, Mbak Ita mencoba untuk menemukan makanan lain sebagai pengganti beras.

“Artinya mereka berfikir untuk negaranya sendiri. Kita pun harus berpikir bahwa makanan kita tidak harus beras. Makanya pendamping beras itu penting. Hal ini penting untum membudayakan kita untuk makan-makanan lain yang memang kita produksi sendiri. Kami dari dinas pertanian, tagarnya kan “makan yang kamu tanam dan tanam yang kamu makan”. Ini adalah upaya kita jadi kita bisa memakan apapun yang kita bisa tanam,” pungkasnya.

Sementara pemanfaatan urban farming di tanah kosong ini juga dirasakan manfaatnya oleh kader PKK Nusa Indah, RW 15, Kelurahan Tambak Lorok, Jumiah (45).

Jumiah dan kader lain mengelola urban farming yang beberapa waktu lalu diresmikan sebagai program Perdu Semerbak.

Usai diresmikan langsung oleh Ita, Jumiah menuturkan banyaknya manfaat yang dirasakan oleh warga.

“Kami senang bahwa lahan kosong kami yang awalnya tidak terpakai akhirnya berguna. Manfaatnya banyak hasil tumbuhannya bisa kami gunakan juga untuk solusi stunting juga,” ucapnya.

Di lahan perkebunan yang dikela di RWnya tersebut, ada berbagai macam tumbuhan seperti, cabai, sayur terong, bayam brazil, bunga telang. Masing-masing tumbuhan adalah tema dari setiap RT dan di RW 15 ada 9 RT.

“Kami mengelolanya secara bergiliran. Menyirami dan melakukan perawatan. Harapanya lahan urban farming ini bisa terus bermanfaat bagi kami,” tandasnya. (LDY)

Back to top button